29.7.09

MERAPI (bias luka)

perisai malam selalu tusukkan perih
saat kucoba meraih ujung jalan mu untuk mencumbu api pada puncakmu yang beku
ini malam kekasih... ingatlah itu
sebab kau selalu bicara tentang matahari yang tak pernah bosan torehkan lara
sabarlah... tak ada jalan yang tak berakhir...
rembulan? jangan dulu kau tanyakan itu
lebih baik kita bicarakan saja tentang tujuan...

merayapi runcing batu ini seakan membawa kembali jiwaku yang telah lama pergi
aku benar-benar rindu kisah ini...
sayang kau tak sempat menemaniku
tak apa... setidaknya aku masih sempat melihat bayangmu di balik bias malam
sedang menulis sesuatu tentang perjalananku ini...
lanjutkan saja, jika memang itu yang kau inginkan
aku akan tetap mencumbu batu-batu ini
agar dapat kutorehkan pula namamu pada geliat malam yang semakin membeku

pagi...
mencoba untuk kembali menyusun bayang mu yang semalam sempat tercecer
terasa semakin dekat...
tak sabar aku untuk mengejarmu di atas langit itu
merah yang kian membiru...
kau menungguku... kulihat itu...
duduk tersenyum diatas kokohnya batu puncak garuda
aku akan segera datang...
tunggulah... sebentar lagi kita akan menulis kisah bersama...
pada bias luka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku