28.9.10

Odyssey

inilah aku dan perjalananku
tak kunjung usai kutoreh jejakjejak
menyeka kabut dalam butiran pengharapan
tentang tujuan, aku tak pernah pikirkan
setiap batu dan debu merupakan "rumah" bagi jiwa kembara ku

lantas mengapa aku pergi
lantas mengapa aku melangkah...
sebab... Dia ada di sana...
inilah aku dan perjalananku
tak kunjung usai eja-kan katakata kerinduan
pada matahari yang terkadang malu pada hujan

inilah aku dan perjalananku
tak akan pernah usai...













11.8.10

WORD OF WISDOM KENTRUNG TRADITIONAL ART


[Performance Kentrung by Mbah Moch. Samsuri di Aula Kantor Camat Demak, 0808'10 dengan lakon "LOKAJAYA"]

Seni Kentrung merupakan seni tradisional asli dari Jawa Tengah, Indonesia terutama Kota Demak. Kesenian ini sudah hampir punah. Para pemain kentrung yang sampai sekarang masih bertahan melestarikan kesenian ini pun rata-rata sudah berusia lanjut. Seperti halnya dengan Mbah Moch. Samsuri, satu-satunya seniman Kentrung asal Demak yang masih ada.

Dinamakan Kentrung karena pada saat dimainkan alat musik berbunyi "trung trung trung". Dengan iringan alat musik rebana tersebut, pelakon kentrung menceritakan kisah-kisah kuno berupa cerita-cerita Nabi, Wali, dan Babad Tanah Jawi yang sarat akan pesan moral dan petuah-petuah bijak.

Semoga Kesenian ini masih tetap ada dan generasi berikutnya mempunyai kepedulian untuk tetap melestarikan kesenian ini.


Mystical Word Of Wisdom Kentrung Traditional Art From Demak








14.5.10

Kurindu Hujan, Meski Kadang Kejam

Terlanjur tak berasa pula pedih ini menyapa senyuman pucat itu
Bayanganmu kini semakin kabur dalam derai rintik sore tadi
Tak dapat kubaca langkahmu menarikan puisiku dulu
Aku semakin kehilangan katakata untuk membuatmu menulis cerita hujan
Hanya suarasuara... Mereka menjerat siluet senja emas agar tak lekas datang

Meski tak lagi deras menghujam perbincangan kita
Kau tetap saja mengira kita tak akan sanggup menembus basah
Seakan sisa hujan masih kejam tebarkan tangisan harapan
Tapi aku tetap akan membacanya
Meski terbata, aku masih punya sedikit asa untuk melukis cahaya
Aku mohon kau tetap bersedia untuk menunggu makna yang kucoba ungkapkan
Sendiri bukan alasan untuk membakar kesempatan itu
Dan kuharap kau bisa menikmati titiktitik sisa hujan ini


















Photograph by : Me

6.5.10

Senja Itu Aku ....

Kuharap kau masih ada di ujung jalan itu
Menungguku mengusap dahimu dengan senyuman jingga
Meski telah lama tak kunjung harap jemari tertatih
Aku selalu mencoba menulis puisi untukmu
Sekedar pelepas dahaga setelah kian lama perjalanan kita menipu waktu
Senja itu aku ...

Tak banyak pula harapan tersisa di ujung baju lusuh ini
Aku mengerti jika langit tak kunjung pekat
Hanya letupan melodi patahpatah
Semakin mencekat nafas kita untuk sempurnakan peluh
Maaf kali ini aku tak sanggup berjanji
Aku pun tak juga berharap kau akan mengingat bayangan itu
Semoga tak ada kekecewaan menyertai langkah kita selanjutnya


















14.4.10

Membaca Sisa hujan

Jika memang tak ada yang perlu dilukiskan lagi
Maka aku akan duduk di sudut sunyi melihatmu tertawa
Setidaknya kita sudah selesai menuliskan sajak untuk menutup kisah
Dan hujan telah sepi tinggalkan musim
Menyisakan setitik harap di atas dedaun hijau
Aku puas telah membuatmu menikmati harihari

Tak perlu lagi kau hitung langkahlangkah
Sebab aku tak akan mengikuti bayangmu lagi
Kurasa Aku tak kecewa, dan aku tau kau pasti juga
Mengingat kini pandang dan gerbang kita berbeda
Kau lebih suka dikepung gelak dan sanjung
Meski itu sengaja kau beli dengan harga hina
Sedang aku telah sempurna mengayuh sunyi bersama sisa hujan
Menjelang ujung masa
Menjelma sepuhan kilau katakata
Aku lebih baik sendiri
Mengejar matahari yang ingin pulang
Dan merapatkan rasa pada serpihan persahabatan














8.4.10

Kubunuh Dendam

Sebelum kau tusukkan pedang itu di jantungku
Aku ingin kau menyadari sesuatu
Tak ada yang bisa menghalangiku untuk melanjutkan langkahku sendiri
Bukan hujan, bukan pula terik mentari
Apalagi hanya sekedar sorot matamu yang tak lagi bersahabat untukku
Silahkan saja menaburkan duri di sepanjang perjalananku
Aku sudah terlanjur terbiasa dengan rasa sakit itu
Dan hinaanmu tak akan pernah mampu menyentuh jejakku

Aku tak akan mempertanyakan lagi
Alasanalasanmu untuk mencegahku mencumbu senja
Sebab sudah kuakui bahwa kau tak pernah sanggup melampuiku
Dengan keirianmu juga kedengkianmu
Hanya sedikit senyum saja akan kutinggalkan untuk mengajarimu menghargai matahari
Semoga cahayanya tidak membakarmu dengan kesombonganmu

------------------------***------------------------


Menyambut bangunnya mentari di Puncak Merapi














Sabtu-Minggu 10-11 April 2010 nanti akan mencoba mengulang kembali menyambut bangunnya mentari dari Puncak Merapi... doakan perjalanan saya berjalan dengan lancar ya kawan2... :)

6.4.10

Maaf Kali Ini Tak Ada Puisi

Hanya ingin berbagi cerita saja, yang mungkin agak kurang penting juga sih...

Beberapa hari ini memang saya tidak berurusan dengan yang namanya "menulis puisi" (meski sebenarnya masih banyak juga stok puisi yang belum di posting), karena sedang ada sedikit kesibukan "dunia nyata" yang lain, ditambah sedang berusaha mem-back up isi blog ini yang (rencananya) mau dijadikan buku. Maklum, saya merupakan salah satu orang yang kurang beruntung dengan masalah koneksi internet, karena selama ini masih saja berkutat dengan koneksi kura-kura, alias lambat amaaaaaatttt... hehehehe... Dan akhirnya memang berakibat untuk mem-back up isi blog saja membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan perjuangan yang luar biasa pula. Setelah selesai dengan perjuangan yang panjang, akhirnya seluruh isi blog ter-back up juga. Dan sekalian di paketkan (baca : dikirimkan) kepada seorang teman yang menawarkan untuk membukukan blog ini. Pesan sudah terkirim, berikut file puisinya. Lega, tinggal menunggu jawaban.



Setelah hati dan pikiran mulai tenang, akhirnya saya memutuskan untuk membuka blog dan rencananya mau jalan-jalan ke blog teman-teman terbaik saya yang selama ini selalu mendukung perjalanan blog ini...hihihi... Dan ketika saya membuka halaman blog saya ini, alamak betapa terkejutnya hati beta... apa yang terjadi??? kenapa bisa begini??? wow... Saya benar-benar terkejut, karena melihat banner kecil yang berisi tentang "page rank" di salah satu bagian sidebar blog ini bertuliskan angka "1"... wow ajaib... hehehehehe... artinya blog ini sekarang menjadi PR 1. Sebuah anugerah yang luar biasa, karena sebelumnya saya tidak pernah membayangkan akan terjadi seperti ini... Ini memang benar terjadi atau ada kesalahan dengan banner itu??? Saya tidak langsung percaya melihat itu, akhirnya saya memutuskan untuk meluncur ke tempat cek pagerank untuk mencari kepastian. dan ternyata emang benar, PR 1.. Alhamdulillah... Tidak pernah terbayangkan, karena sebelumnya angka yang tertera pada banner tersebut adalah "0" dan ketika saya cek sendiri hasilnya juga N/A alias tidak dikenal (malangnya blog saya). Mungkin eyang Google sedang mabok kali ya, sampai begitu tega mengganjar saya dengan PR 1. hehehehehehe...

Sudah cukup dengan kegirangan yang tak terkendali itu, kembali saya berusaha menyadarkan diri, mungkin ini bisa juga menjadi penyemangat untuk lebih mengembangkan blog ini supaya lebih bagus dan diterima semua kalangan masyarakat per-blog-an. Dan mumpung ada kesempatan, sekalian saya ingin memajang sebuah award cantik dari seorang blogger cantik pula yang dengan rela meluangkan waktu untuk mebuat, mendesai sendiri award ini dan membagikannya kepada teman-teman blog nya... ini dia award dari Nuy :



Makasih ya dek Nuy buat awardnya...

Dan award ini saya bagikan secara cuma-cuma kepada seluruh pengunjung blog ini, baik yang memberi komentar, maupun yang tidak memberi komentar... ayo silahkan di ambil mumpung masih gratis... hehehehe...




Dan yang terakhir ada sedikit oleh-oleh dari kunjungan saya ke Pantai Moro Demak beberapa waktu yang lalu... ini dia...

judul : Mengayuh Senja
















judul : Sampan Kesepian















judul : Perahu Negeri


3.4.10

Puisi (ku) Tersesat

Entah sampai kapan tangan ini terpaku
Semantara otak telah lari menembus kegelapan
Untuk mencari dunia yang tak terlihat
Agar aku dapat meletakkan kejenuhan
Dan menikmati kristalkristal madumu

Telah kutinggalkan rumahrumah itu
Tapi ayatayat masih mengikatku
Menjerat di setiap langkahlangkah bisu
Menjelma ribuan bebunga terkoyak

Hingga kini tak sampai aku dimanapun
Tanahtanah telah memerah darah
Namun kicau itu tak pula berhenti
Menangisi sejarah pejalan kaki linglung

Jalan itu sudah berakhir
Namun tak ada gerbang di sana
Tak satu pun pula rumah tertanam
Hanya sebongkah batu berdiri
Dengan angkuhnya dia menjual jaman
Pada gelagat orangorang mati

----------------***-----------------

Beberapa hari yang lalu ada tawaran dari seorang teman saya untuk membukukan puisi-puisi yang ada di blog ini. tentu saja saya menyambut dengan sangat gembira... Dan hal tersebut sebenarnya memang sudah saya cita-citakan sejak lama. Bisa menerbitkan buku sendiri yang berisi karya-karya saya sendiri memang sudah menjadi impian saya. Sebelumnya (sekitar tahun 2003) memang saya sudah pernah menerbitkan buku puisi, tetapi buku tersebut merupakan antologi berdua dengan seorang teman, jadi bukan dari saya sendiri, dan Alhamdulillah, meskipun tidak dicetak dalam jumlah besar, tapi seluruh buku tersebut habis terjual. Bahkan saya sendiri sekarang malah tidak punya bukunya (aneh ya). Dan pernah juga salah satu puisi saya yang berjudul Wajah Kota masuk dalam buku antologi "Demak Kinasih - 504 Lilin Cinta Untukmu (Puisi dan Geguritan)" (2007) yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Demak.
ini dia covernya :















Maka dari itu, saya memohon suport dari kawan-kawan baik blogger semua, agar buku kumpulan puisi saya yang baru ini bisa segera terwujud. Saya mohon doa restunya supaya bisa segera diterbitkan. Dan jika nanti sudah terbit, saya minta kawan-kawan membeli buku saya... hehehehe... becanda... thanks sebelumnya...


Di posting kali ini sekalian ingin memajang sebuah award dari anggie... makasih ya anggie... nih awardnya :













katanya, aturan award ini adalah harus diberikan kepada 5 orang, maka dari itu award ini akan saya persembahkan kepada 5 orang pemberi komentar pertama... hehehehehe... silahkan di ambil...

31.3.10

Serpihan Kata

Aku hanya ingin melanjutkan kisah yang dulu tertunda
Tak masalah jika kau tak ingin menemaniku
Sebab ini hanya imaji dan permainan
Tak perlu kau risau untuk mengumpulkan segala angan
Sebab aku tak ingin membebanimu dengan dunia yang tak pernah kau mengerti
Memang benar barisan kalimatmu kemarin cukup menyesatkanku
Tapi aku tak akan mempermasalahkannya
Dan kau pun bebas untuk menari sesuka hatimu
Sebab aku hanya mampu sedikit goreskan warnawarna
Meski itu pun tak terlalu berarti untuk tarianmu
Lantas bagaimana dengan nyanyian?
Itu pun aku tak mempedulikannya
Sebab bulan hujan selalu datang terlambat
Seperti juga puisimu yang selalu datang terlambat
Untuk menyadarkanku dari imaji sesat tentang rembulan merah

Kali ini aku tak akan mengharapkan kehadiranmu
Meski aku tak pernah bisa menyangkal
Bahwa kaulah satusatunya yang sanggup membaca sorot mataku
Sebab sudah terlalu banyak kicaukicau yang tersedak saat kau mulai bicara
Lebih baik sekarang kita hentikan paduan imaji yang selama ini kita lakukan
Aku sudah cukup merasa terjebak dalam ruang kaca itu
Dan sajakku sudah tak lagi teduh untuk pulangkan mimpi
Semoga kita tak pernah menyesal




27.3.10

Membaca Senja

Mengeja jingga dan biru...kuharap kau akan hadir di antaranya
Menyusun lantunan syair sehangat cakrawala
Dan hitam semakin selubungi tumpukan kata
Aku tak mampu lagi membaca hadirmu
Terlalu jauh untuk kuraih nyanyianmu usai merangkai hari
Tapi selalu saja aku tak sanggup beranjak
Hanya sisa tarian masih tertinggal di ujung hari
Hanya sisa...
Dan bayangmu tak pernah usai lukiskan siluet kenangan
Kuharap...
Selalu seperti ini, agar tak pernah mati kerinduanku

















lokasi foto : Pantai Maron, Semarang




26.3.10

Kata Terakhir [bagimu]

;untuk seorang kawan
Sejenak kau lepaskan baju zirahmu
Untuk sekedar menyentuh nafasku yang kian jauh
Tak pedulikan kedatangan wangi tubuhmu
Untuk bangkitkan seulas senyuman

Setelah kau gantungkan senapan
Tembok itu runtuh oleh pengkhianatan adam pada surga
Hingga kelakar penghuni neraka serasa merobek ruang renjana
Tapi kebisuanmu telah menampar perih sombongnya kerabat

Kau teriakkan kata bahwa perjuangan telah usai
Dan segera membaringkan jasad pada ranjang keabadian
Tapi bagiku...
Genderang peperangan baru saja ditabuh




24.3.10

Sebuah Sajak Perjalanan

;Kupersembahkan kepada kenangan
Kebodohan ini adalah buah perjalanan
Yang telah kujalani bersamamu dalam torehan waktu
Mengais kepingankepingan harapan
Di dalam comberan makna persaudaraan

Kebodohan ini adalah kepintaran yang lugu
Dari seorang bocah yang telah menciptakan keraguan
Akan sebuah makna perjalanan
Yang telah kabur bersama gerbonggerbong peradilan masa

Mungkin perjalanan ini akan berakhir sampai di sini
Jika darah yang tercecer telah kering
Bersama dengan muramnya sketsa mimpimimpi
Benarkah bahwa :
"Kau bukanlah yang terbaik untukku,
karna kau tak bisa melumpuhkan hatiku...?"**
Terima kasih atas harapan yang pernah kau berikan


**Penggalan Kisah Lama (Laluna)




22.3.10

Gadis Pemetik Gitar

;untuk masa lalu
Rerumput berlarian mengejar angin
Saat membawa denting pada lentik jemari
Menembus ribuan dimensi
Lagilagi bangunan puisiku runtuh
Tercecer di antara nadanada
Dan senja pun menghentikan langkahnya

Pada diamku yang ke sekian kali
Terungkap sesuatu pada tipis bibirmu
Yang tak terpecahkan oleh musim
Juga deretan abad manusia
Kembali aku kehilangan katakata

Kejujuran mentari seakan lelah memutar waktu
Ketika petikanmu mampu menikam angkuhnya cakrawala
Menjegal kesombongan perjaka
Pada pengembaraannya untuk temukan sarang



20.3.10

Ku Tulis Puisi Dengan Api

Kulihat daun yang membeku di teras rumahku
Lalu kusulut dengan korek api hingga terbakar dan habis tanpa sisa

Kulihat sehelai kertas dan sebatang pena di sudut meja makan
Lalu ku bakar kertas dan pena itu hingga menciptakan asap
Lantas membentuk katakata dan kembali sirna ditelan hembusan

Kau berikan padaku sebatang rokok dan sebuah korek api
Lalu kupatahkan rokok itu dan kubakar dirimu
Dengan mulutku yang penuh nafsu
Tapi malah kau berikan tubuhmu untuk kusetubuhi
Aku melakukannya... Senggama yang panas
Lalu kau bakar aku dengan puisimu



17.3.10

Letih

Kali ini aku benarbenar tak sanggup lagi membaca senyummu
Katakata melaju tertatih pedih
Mencecar rasa selaksa hampa
Tak kurang murka mentari teriakkan parau
Sendiriku tak mudah santunkan hadirmu oleskan malam
Aku semakin rapuh...
Mengapa tak rubah masa selipkan satu bintang saja
Maka semakin maya pandang harapan yang dulu kusembah
Datanglah...
Meski hujan belum usai senandungkan rintihan musim

Kekasih,
Masih tak mampu ku lukis warna hatimu
Sebab ketakutanku padamkan cahaya rembulan di atas sana
Meski ku tahu kau masih selalu mencoba membakar malam
Tapi api itu akan selalu padam oleh rintikrintik persaudaraan
Dan aku takut kau lelah lantunkan sajak
Sebab memang aku selalu bisu
Meski kau sadar, aku pun sadar
Bahwa kau dan aku adalah katakata

Mungkinkah kita sanggup memikul
Atau kita akan kembali terlempar
Aku tahu betul bagaimana rasanya
Mungkin kau tak...
Dan kuharap takkan pernah
Apa sebaiknya kita sudahi saja
Dan kau akan lupa segala perih
Aku tahu kau bisa
Sebab masamu masih terlalu panjang untuk kuseret letih




13.3.10

Lilin Yang Tinggal Separo

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Pekat ini sedikit demi sedikit mengikisnya
Satu mili, dua mili, tiga mili...
Satu senti, dua senti, tiga senti...
Kegelapan sedikit demi sedikit memakannya
Dan ketakutan semakin lama menyelubungi poripori tubuhku
Rasa dingin serasa hendak menyantapku
Kesunyian serasa hendak menikam jantungku

Tiupan angin yang menamparnampar,
terus menerus menghantui disetiap tatapan butaku
Yang kulihat hanya satu titik cahaya
Dari sepotong lilin yang tinggal separo
Tak lama lagi... tidak akan lama
Dia pasti meninggalkan aku sendiri yang masih termenung
Menunggu harapan yang tidak pasti

Sekilas aku melihat bangkai labalaba
Terkapar di sudut duniaku
Dan aku mulai tersadar
Beberapa saat lagi aku akan mengalami hal yang sama

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Kegelapan menjadi warga dominan di kampung ini

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Lilin yang tinggal separo telah berubah menjadi cairan bisu yang mulai mengeras
Dan aku pun...
Mulai menutup mataku




9.3.10

One Of My Inspirations (hanya tulisan ringan)

Banyak hal yang mengispirasiku dalam menulis puisi, bahkan sangat banyak. Mulai dari kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian yang aku lihat, tempat-tempat yang ku kunjungi, dan musik tentu saja. Musik yang menjadi inspirasi terkuatku adalah Dream Theater. Kenapa??? banyak sekali alasannya, pada dasarnya aku memang penyuka musik rock, karena sejak kecil aku sudah sering sekali dijejali dengan alunan musik rock di telinga, jadi secara tidak langsung musik rock terpatri dalam jiwa (bahasanya ngeri deh). Dan dream theater merupakan band terbaik sepanjang masa (menurutku), kenapa? mulai dari teknik bermusiknya yang luar biasa, skill tiap personel yang sangat tinggi, musikalisasi yang luar biasa, dengan warna rock progresif, mengarah ke rock opera, membawa emosi tersendiri ketika mendengar musiknya, dan tentu saja lirik yang luar biasa dalam, menginspirasi setiap orang yang mendengarnya. Bukan cuma puitis, tapi membawa emosi dan pesan yang mendalam pula.





Sejarah ngefans dengan dream theater

Ceritanya bermula pada sekitar tahun 1996 dulu. Aku dikasih pinjaman kaset dari kakak sepupuku. Kaset itu adalah album dream theater yang berjudul images and words (1992). Pada saat pertama kali dengar aku langsung suka dengan lagu-lagunya. Mulai pada saat itulah aku langsung gandrung setengah mati dengan dream theater dan mulai hunting kaset-kaset yang lain. Setelah sekian lama dan mendengar banyak lagu-lagu dream theater, akhirnya ada satu lagu yang paling aku suka diantara seluruh lagu dream theater yang lain. Yaitu lagunya yang berjudul Spirit Carries On dari album Scenes From Memory (1999), album terbaik dream theater sepanjang masa. Lagunya yang sekarang lagi main di blog ini, tapi ini versi live nya. Alasan suka dengan lagu ini?? Alunan musik yang mendayu, dan lirik yang bermakna sangat dalam. Kira-kira seperti ini, bahwa saat kita hidup hendaknya melakukan sesuatu yang bermakna, sehingga setelah kita mati, kita akan terus dikenang, dan itulah kehidupan yang sesungguhnya, "spirit carries on" semangat akan tetap ada.



Nih lirik lagu Spirit Carries On

Spirit Carries On
[N:]
Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

They say " Life is too short"
"The here and the now"
And " You`re only given one shot"
But could there be more
Have I lived before
Or could this be all that we`ve got?

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I`m not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on

[V:]
"Move on, be brave
Don`t weep at my grave
Because I`m no longer here
But please never let
Your memories of me disappear"

[N:]
Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has help me to find
The meaning in my life again
Victoria`s real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I`m here
It`s perfectly clear
I found out what all of this means

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on


Lagu itu benar-benar sangat menginspirasiku dalam melakukan berbagai hal, temasuk dalam menulis di blog ini. selalu menjadi lagu pengiring dalam setiap perjalanan-perjalananku, dan selalu diputar ketika PC menyala hehehehehehe.
Yah, kira-kira seperti itulah. Salah satu yang menjadi inspirasiku. Dan kalo ngomong soal dream theater, maka ga bakal cukup seluruh halaman blog ini. hehehehehehe...

kalo mau download lagu Spirit Carries On (live version) silahkan langsung klik disini

5.3.10

Sajak Untuk Pendaki

Jalan yang selama ini kau tempuh
Semakin sulit dan kian terjal
Meracun di setiap hentakan
Namun komitmen itu selalu menjadi cambuk
Yang bergetar keras, mencabik sukma setiap kali kau hendak mundur

Kegetiran yang kini kau rasakan
Adalah cermin dari tangisan alam
Yang kian terpuruk bersimbah nista

Mereka menjerit dan kau meronta
Mereka merintih dan kau terkapar

Masihkah ada selaksa harap
Agar kalian dapat bernyanyi bersama

Tapi bila esok mentari masih bersinar
Harapmu jalan itu tak lagi gelap
Namun cahaya itu menyisakan cemas
Akan tuntutan pada sebuah hakekat
Kawan,
Pengembaraanmu tak akan pernah ada akhir




4.3.10

Senja Tanpa Hujan

Menunggu merahnya senja ini, kekasih
Aku kehilangan hangatnya senyum cakrawala
Hanya sebongkah awan merah kesepian diantara gumpalan hitam cumulus
Sepi...
Sesepi nafasmu kini yang telah larut oleh hujan kemarin
aku tak mampu berkatakata
Semakin kuraih tak juga habis jarak mentari
Dan harapan?
Mungkin hanya sekedar barisan kalimat pelebur dosa
Dan mungkin rembulan takkan datang malam nanti
Aku semakin resah...
Mampukah...
Sudahlah...
Dan diam adalah jawaban terakhir untuk mendatangimu





3.3.10

Sang Roda Besi

Melaju melintas batas
Membelah hutan dan persawahan
Membawa pergi kenangan dan harapan
Bersama deru roda besimu















Lokasi foto : Stasiun Kota Baru (Malang), Stasiun Gambringan (Purwodadi)

1.3.10

Maya

Kekasih;
Berkalikali kucoba jejalkan wajahmu dalam otakku
Agar suatu saat ketika ingin mendekapmu
Cukup kusentuh dalam mimpi
Tapi ternyata jiwaku tak mampu menerima
Betapa dirimu tak tersentuh

Bukankah dulu pernah kukatakan
Bahwa rembulan takkan lupa datang untuk mewarnai setiap sudut malam
Tapi mengapa malam ini dia malah terlelap di balik selimut kebohongannya

Bukankah dulu kau juga pernah bilang
Bahwa kau akan selalu hadir dalam setiap jengkal perjalananku
Tapi mengapa hari ini aku benarbenar merasa tidak pernah mengenalmu






25.2.10

Memulai Pengembaraan Baru

Selanjutnya aku telah sampai di dunia baru
Tak ada langkah yang sempurna ukirkan harapan
Hanya sisasisa grafiti yang mulai kabur tertindas keangkuhan
Serasa pulang... Namun aku asing di negeriku

Tuan, selamat pagi. Aku sekarang ada di sini
Untuk melanjutkan langkah yang tertunda kemarin
Meski kau tak suka, aku akan berusaha tetap ada
Lanjutkan saja apa yang telah kau awali
Aku hanyalah pemecah peran yang tak begitu penting
Hanya saja aku mohon untuk tetap tinggal, meski sementara

Dan kau pun hanya sedikit lemparkan senyum
Agak kecut namun aku tak bisa menolak
Sebab aku harus bisa menelan semua yang kau suguhkan

Baiklah aku akan mencoba tetap tenang
Agar sajakku tak mengumpat atau pun memaki
Namu sorotan mataku kini tak lagi lemparkan kesejukan
Sebab sisasisa embun pagi telah hangus terbakar matahari


22.2.10

Selangkah Lagi Kita Sampai Gerbang

Apakah kita harus berhenti sampai di sini?
Atau kita kembali saja ke dunia kemarin?
Ketika tirai panjang mulai tersibak
Keraguanmu memaksaku mempertanyakan kembali arah kita

Aku pun sadar kita telah lama bersama
Memaki matahari dan mencumbui rumputrumput basah
Dan aku masih ingin bersamamu untuk menikmati derai hujan
Meskipun kita harus melalui perjalanan yang melelahkan






20.2.10

Apa Sekarang Waktunya Istirahat

Kini kau kembali membuatku tak bisa teriak
Diammu membuatku menyangkal anggapanku sendiri
Aku tak akan menuntut apapun,
Kecuali sepatah kata yang dapat menghentikan serapahku
Dan kutahu kau masih menyimpan kata itu
Bukan keraguan yang membungkammu
Tapi keinginan untuk benarbenar mengatakannya tanpa harus berteriak

Sampai sekarang aku masih belum juga mengerti
Mengapa kita harus bersembunyi di balik tumpukan bukubuku
Padahal isi pena telah kering menggores segala macam kebodohan
Membuatku semakin muak dengan keindahan pikiran
Dan sungguh kuakui, aku begitu dendam dengan kemolekan khayalan
Maka segera datanglah untuk menjilat ketiakku

Semakin lama kupikirkan, kau malah menyudutkanku pada dilema yang rumit
Memaksaku untuk menjejalkan otak Freud ke dalam saku celanaku
Dan kulihat kau tersenyum pahit untuk kebingunganku
Sudahlah aku takkan memaksamu. Paling tidak untuk saat ini

Lagilagi aku harus mengalah untuk sebuah pernyataan
Isi kepalaku telah habis kau cincang menyertai taburan kuntum itu
Seluruh tubuhku kau lilit dengan aroma nafasmu
Tapi kau belum juga bicara, bicara tentang rembulan dan gemintang
yang sedang bermesraan di balik geliat awan

Aku malu untuk memutar kembali rekaman percakapan kita kemarin
Sebab berbagai alasan memaksamu untuk bicara
Lebih baik aku pergi dari tempat penuh bangkai ini
Tapi jangan cobacoba kau mengikutiku
Saat ini aku sedang ingin sendirian
Menghitung jejakjejak yang telah kutinggalkan pada tanah ini




17.2.10

Petikan Ungkap

I
Kekasih,
Aku menemukan serpihan hati
Tercecer di sudut sebuah taman

II
Kekasih,
Jangan punah rasa
Ketika bedil meletup menyayat sejantung masa
Harihari melompat memakna sayat
Tangisi bingkaibingkai rajaman hunus

Perempuan,
Gegurit tembang melenggang layu
Menyeret pedih derita kanak
Pada sebuah kubangan comber
Aku tersenyum... Menjilat luka...

Di sudut sana wajahmu terbenam kepungan gelak
Sementara abadku telah usai mematri cinta
Namun tak sempat menyentuh tapakmu...






16.2.10

Lukisan Tanpa Judul

Setelah sekian tahun, 3 lukisan ini masih tetap belum punya judul... dan aku masih belum mampu tentukan judul apa yang pntas untuknya...









11.2.10

Membunuh Keangkuhan di Puncak Mahameru

Membakar sudut jiwa ini dengan sisa asa
meski mentari masih terlelap berselimut kabut
Keangkuhanku mengantar tubuh menjejak peraduanmu
Lupakan saja tangisan...
Sebab saat ini aku tak punya waktu untuk manjakan rintihan
Kuharap serapahku tak letih mengecap langkah

Tak usai perjalanan tergapai cahaya
Kegagahanmu selalu kerdilkan tatapanku
Aku tergugu...
Tak habishabis airmata menumpah
Terhapus sudah jejakjejak kesombongan
Di puncak Mahameru keangkuhanku terbunuh letupan debu mu...


Sept, 2009






Mencumbu Beku di Kalimati

Saat langkah terhenti oleh batas detikdetik
Terpaku mata tak bosanbosan
Menyentuh kering rerumput lembut
Sedang bercanda dengan kemuning edelways

Aku tak sanggup bicara
Hanya kebekuan menyergap bersama senyuman sunyi
Kuharap kau tetap di sini
Menemaniku menyeduh kopi dan merajut harihari
Meski kabut tetap angkuh selimuti hamparan pasir Kalimati


Sept, 2009






Setitik Embun di Bibir Ranu Kumbolo

Memaki sunyi...
Tak lelah bibirmu menyapa keletihan peziarah mengurung beku
Kau memberi sentuhan pada layu langkahku
Sendiri tersembunyi di balik tarian rerumputan
Mendendang hembusan...

Jika memang meracun
Hanya musim yang selalu memegang janji
Tangantangan tak bosan mencaci
Kuharap masih selalu ada untuk kusentuh
Mengharap tak pernah mengalir
Kerinduanku tertanam di sini
Pada senyummu...
Terbias setitik embun di bibir Ranu Kumbolo


Sept, 2009






9.2.10

Surat Kepada Sahabat

Secangkir kopi yang kau buatkan untukku malam itu
Sampai sekarang belum ku minum
Karena aku masih ingin menghabiskan waktuku bersamamu
Mengais harapan demi harapan
Serta mengukir komitmen demi komitmen

Pendakian kita belum usai sobat...
Tanah merah itu belum kering
Oleh airmata yang kita tumpahkan bersama
Oleh darahdarah yang kita alirkan bersama
Pada sebuah sumpah suci tanpa pengkhianatan

Kita harus segera melanjutkan pengarungan kita
Meski lautan masih kokoh dalam kemurkaannya
Karena masih ada satu pulau yang harus kita labuhi
Untuk membangun dan meletakkan tujuantujuan yang selama ini belum tercapai
Serta untuk melahirkan dan membesarkan anakanak kita

Jangan sekalisekali kau mencoba terlelap
Karena aku tidak mau hadir melalui mimpimu
Aku pun di sini tak akan terlena dengan khayalanku
Karena aku akan selalu menunggu kedatanganmu
Untuk bersama menghajar congkaknya dunia...



**Apa kabarmu di sana kawan???




Kali Ini Aku BenarBenar Mengantarmu Pergi

Kali ini aku benarbenar mengantarmu pergi
Untun menuntaskan syahwatmu
Yang selama ini tertunda oleh adatadat dan dogmadogma

Kali ini kau benarbenar menjadi lelaki
Dengan gagah berani kau hadapi angkuhnya samudra
Dengan senyum simpul kau tatap mentari senja yang hendak sembunyi
Lari dari seorang lelaki yang hendak memulai pengembaraannya

Kali ini kau benarbenar memulai hidup
Kali ini kau benarbenar akan merasakan asinnya air laut
manisnya air tebu...
Asamnya air jeruk...
Serta pahitnya biji mahoni

Kali ini aku benarbenar mengantarmu pergi
Meski telah kucoba melacurkan senyumku untuk mencegahmu
Tapi kau takkan merubah komitmenmu untuk menjadi lelaki
Kali ini kau benarbenar telah pergi
Meski sebagian jiwamu masih tertinggal di lantai kamarku


Jan,2003
**puisi lama untuk seorang sahabat yang telah pergi




8.2.10

Daydreaming Flies



aku lelah dan ingin merebah
lupakan jengah
memandang harihari tak usai berganti
aku lelah... pada lamunan
sepi...



6.2.10

Hujan Dan Sebatang Rokok

Dia yang telah lama terbungkam dalam sesak kata
Menetes di sela malammalam menghitam
Melarutkan kesedihan tak kurangkurang
Dan sebatang rokok teronggok layu
Tak pernah mampu sirnakan sunyi di sudut otak
Menarilah karena aku tak pernah usai terkekang rindu
Biarlah tetap melantun suarasuara rintik
Sebab tak kunjung harap kau akan tetap melayang
Aku pun masih terjebak dalam maya... imaji... sesat... langkah

Sempurnakanlah...
Sebab hanya kau yang mampu bernyanyi dalam hujan
Hanya sentuhanmu yang mampu hembuskan maya
Aku akan tetap berharap meski semakin larut terbawa kabut
Hanya mampu menahan perihnya harapan
Berteman hujan dan sebatang rokok...





5.2.10

My Angel







Titik Koma

Kau torehkan warnawarna dalam kanvas obrolan
Segumpal keindahan dalam kepalsuan doktrin
Terjelma dalam dogma yang subur terpupuk nafasnafas perkataan
Namun katakata yang berloncatan seakan mencabik tumpukan musim
Menghabiskan sajaksajak yang belum terlahir
Meruntuhkan nadanada yang belum tersusun
Mengubur imaji yang belum terfikirkan

Dari jarimu keluar bayangan ular yang terkapar karena menelan bisa-nya sendiri
Dari jarimu pula kutemukan gairah dendam menusuknusuk di setiap lukisan yang kau buat
Selalu dengan kemarahan kau ukir katakata itu
Selalu dengan kemarahan pula kau termakan kalimatkalimatmu
Tidurkanlah jiwamu meski tubuhmu masih berzina
Supaya dapat kau lukis mimpimimpi yang kau temui
Pula dapat kau tempatkan titik dan koma dalam sisa kanvasmu


Percintaan Kosong

Kubaca ribuan kalimat dalam kertas kosong
Seperti inilah katakata menari menyayat kupukupu
Menjelma harihari tak terhitung
Dalam rintihan dan tangisan patahpatah

Altaraltar masih bersisa harum dupa
Mantramantra masih melekat pada tongkat pendeta
Dan khotbahkhotbah mereka masih terngiang oleh bumi
Tapi aku sendiri telah lenyap bercinta dengan kekosongan
Menapaki nikmat senggama
"Kita telah berkhianat pada zaman"

Bau anyir keringat percintaan pada ranjang peradaban
Telah hilang tertiup angin perubahan
Bilurbilur kenikmatan telah hanyut terbawa jala waktu
Dan tendatenda peziarah telah senyap ditinggalkan
Tapi aku masih di sini mendekap kekosongan

3.2.10

Yang Ini Namanya "AWARD"

Awalnya ga paham maksudnya apa dan untuk apa. Tapi setelah dipikir-pikir ada gunanya juga. Bisa meningkatkan traffic dan meningkatkan jumlah pengunjung. Meskipun sebenarnya dalam masalah blogging aku tidak terlalu memperdulikan hal itu. Bagiku yang penting terus nulis dan berbagi tentang apa saja. Tapi sebenarnya ada hal yang lebih penting lagi dari adanya award berantai ini, bisa meningkatkan pertemanan, menambah jaringan, dan tentu saja memperindah warna hidup dengan pesahabatan lewat blogging ini... hahahahaha... mungkin agak ngelantur ya...

OK langsung saja ni award yang pertama kali aku dapat dari sahabat blog aku namanya Anggie. Nah ini dia awardnya :



Ini adalah backlink award, artinya siapapun yang masuk daftar sebagai penerima award ini, maka akan mendapat backlink sesuai masing-masing urutannya. Berikut rules-nya :



Bagi siapa saja yang menerima award ini diharuskan untuk membagikan kembali award ini kepada sepuluh orang temannya. Selanjutnya, si penerima award harus meletakkan link-link berikut ini di blog atau artikel masing-masing.

Dan selanjutnya award ini akan aku wariskan kepada :
1. Nuyy
2. Hdsence
3. Melartholic
4. LiaLuv
5. Khanza
6. Nayla
7. Shila
8. Andudey
9. Idup Cuma Bentar
10. Shameel Iskandar

(bagi yang sudah pernah menerima award ini, ya ga pa2 lah nerima lagi... kan aku ga tahu...hehehehehehehe)

KEMUDIAN..

Sebelum teman-teman meletakkan link-link di atas, hapus terlebih dahulu peserta nomor 1 dari daftar. Sehingga semua peserta naik 1 level. Peserta nomor 2 menjadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst. Kemudian masukkan link kamu sendiri di bagian paling bawah (nomor 10). Tapi ingat...!!!, kalian semua harus adil dalam menjalankannya. Jika tiap penerima award mampu memberikan award ini kepada 5 orang saja dan mereka semua mengerjakannya , maka jumlah backlink yang akan didapat adalah:



Ketika posisi kamu 10, jumlah backlink = 1
Posisi 9, jumlah backlink = 5
Posisi 8, jumlah backlink = 25
Posisi 7, jumlah backlink = 125
Posisi 6, jumlah backlink = 625
Posisi 5, jumlah backlink = 3,125
Posisi 4, jumlah backlink = 15,625
Posisi 3, jumlah backlink = 78,125
Posisi 2, jumlah backlink = 390,625
Posisi 1, jumlah backlink = 1,953,125



Dan semuanya menggunakan kata kunci yang kamu inginkan. Dari sisi SEO (Search Engine Optimation) kamu sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan keuntungannya, blog kamu akan mendapatkan traffic tambahan.


Hahahaha... Sebenarnya sih gak mudeng... tapi whatever lah... That's it...
Share to others guys...

Skenario UlatUlat Menggerogoti Rembulan

Drama sepanjang hari tak kunjung usai
Meski ulatulat telah memenuhi sekujur langit
Peran demi peran silih berganti berloncatan
Meski skenario telah menutup halaman terakhirnya

Detik demi detik, menit demi menit
Ulatulat mulai menggerogoti rembulan
Meski tangisan telah meretak dalam pleidoinya
Rembulan kehilangan peran...

La Lune Est Noires

Kutuangkan otakku kedalam sebotol vodka
Demi lari dari sebuah inspirasi buta
Yang semakin lama meracuni sajakku
Untuk melahirkan bayibayi puisi tanpa makna

Kualirkan darahku untuk lautan karma
Semakin lama hingga meluap
Menggenangi peradaban ayatayat tak berayah

Kuzinahkan tubuhku pada kepalsuan sejarah
Untuk mendapatkan kaidah tentang makna
Pada sebuah pengharapan maya
Yakni pekatnya sebuah tujuan

Kulacurkan jiwaku pada senyuman hampa
Untuk menikmati keindahan gelap
Menghayalkan kedatangan hembusan
Meski menusuk jantungjantung kemapanan

2.2.10

Kita Hanya Bisa Diam

Kita masih tetap di sini, kawan
Sementara tanggultanggul itu masih mampat dibungkam pertentangan demi pertentangan
Cangkul dan parang masih menggantung
Di dinding zaman yang telah rapuh dimakan isak dan rintihan
Galenggaleng masih gersang digerogoti kebohongan dan kepalsuan
"Kejujuran telah mati"

Kita masih tetap membisu, kawan
Sementara ilalang yang tumbuh di sawah kita masih dengan congkaknya menarinari
Dengan angkuhnya mereka mendongakkan kepalanya
Yang terbuat dari bangkaibangkai keadilan
Seolah menantang nurani kita untuk lepaskan segala kepalsuan
Yang menyelubungi kisikisi tubuhnya

Kita masih terlelap
Ketika sungaisungai tak hentihenti mengalirkan darah dari kelukaan firmanfirman
Hingga surausurau menjadi singgasana kekejaman
Mereka menyenandungkan lagulagu kematian
Untuk sebuah peradaban yang mulai punah terkikis oleh khotbah suci seorang bajingan yang berkedok dan berlaku selayak seorang kyai
Tapi kita hanya bisa diam
Berharap kesunyian menjelma serapahserapah
"Kita telah lama mati"

30.1.10

Biar Mereka Tahu

Aku ingin tak seorangpun mengenalku
Agar aku dapat berbuat sesukaku
Agar aku dapat membunuh keadilan
Agar aku dapat memperkosa zaman
Agar aku dapat mencuri kebenaran
Agar aku dapat mencabik kejujuran
Agar aku dapat mencongkel dindingdinding kemapanan
Yang telah membunuh keadilan itu sendiri
Yang telah memperkosa zaman itu sendiri
Yang telah menyembunyikan kebenaran itu sendiri
Yang telah merobek kejujuran itu sendiri

Aku ingin tak seorangpun mengenalku
Agar aku dapat berbuat sesukaku
Agar aku dapat...
Memberi arti pada peradaban
Seperti yang telah mereka lakukan...

Terlelap Dalam Peti Mati Perubahan

Di sini aku masih terlelap
Tanpa sedikitpun lenguhan dan geliat
Entah kemana naluriku
Tempattempat yang kutuju semuanya kuburan
Tapi entah mengapa tak pernah bosan aku mengunjungi
Kini aku lelah dan ingin istirahat
Biarkan aku terlelap dalam peti matiku sendiri

Di Antara Persimpangan

Gedung yang menjulang tinggi itu
Seolah ingin menerkam kekerdilanku
Dalam menghembuska nurani keadilan
Yang semakin kabur terhapus deruderu
Sementara wajahwajah itu terus membuntuti
Di setiap aliran darah jantung kota

Matamata seolah mencabikcabik tubuhku
Mereka seakan hendak menelanjangi keberadaanku
Kapan semuaini berakhir
Ataukah tak akan berakhir

Setiap detik mereka selalu berganti wajah
Namun selalu menakutkan
Menyeramkan

Di antara persimpangan...
Darah mengalir tak hentihenti...

Hujan Telah Mengikis Mimpiku

Kulihat mimpiku masih berserakan di etalase tokotoko
Ingin kususun supaya tercipta sebuah mimpi yang indah
Namun hujan mulai mengikisnya satu persatu
Mimpimimpi di etalase hanya jadi fragmenfragmen kepalsuan
Mereka datang bertubitubi berjejalan mengakar dalam otak
Namun selalu hujan mengikisnya satu persatu
Dia tak pernah mengenal lelah untuk berjatuhan
Selalu datang dengan cepat, menghabiskan semua
Aku di sini hanya bisa menunggu hujan menjelma jadi gerimis
Sambil menonton mimpimimpi itu menggelepar lalu mati
Lalu datang lagi dan terbunuh lagi

18.1.10

Drama Babak III

(agenda kosong)

Tuan yang di ujung sana
Masih merenung memikirkan adegan yang hendak dimainkan
Sembari menyedot dalamdalam sebatang rokok yang belum dinyalakan
Terbenam diantara dua pilihan
Terus bermain atau mengakhiri peran

Mulut tanpa kepala itu bernama sutradara
Dia terus berteriak meminta lakon terus berlanjut
Tapi di tangan kami hanya agenda kosong
Kami hanya bisa menunggu mulut itu menampar tubuh kami
Ke arah peran yang berlanjut

Kami tak dapat memerankan lakon masingmasing
Sebab tubuh kami diikat oleh agenda kosong
Selamanya kosong...
Kosong...
...

Drama Babak II

(panggung meja panjang)

Satu goresan lagi pada latar, mungkin biru...
Maka lengkap tercipta sebuah oase
Mengajak kita menjilat tetesan lembut keringat manis
Tapi begitu jauhnya hingga tak terjangkau liar pandangan

Satu babak lagi mungkin usai
Tapi jejakk tak sampai untuk memerankan hujan
Karena panggung meja panjang selayak tak berbatas
Oleh tancapan lidahku
Pun nyanyian suara latar

Masih saja kucoba membentang tarian
Disambung denting dawai pembangkit imaji
Masih tak sampai, mungkin seorang aktor lagi...
Tapi ujung panggung pun belum terlukis, jauh sampai tak berantah
Mungkin masih mencumbui ujung musim

17.1.10

Drama Babak I

(ruang belakang)

Kemudian tanah mengeras pada telapak mimpi
Ketika otak terjepit pada derit retakan kaca
Karena tertindih bayangan usang kampung halaman
Setiap saat meloncat pada panggung drama ruang belakang

Kursi penonton yang tinggal satu itu
Masih tetap kosong tanpa satu pun geliat tertancap
"Tuan, masih ada satu tiket belum terjual..."
(Tiket spesial di kursi berdarah)

Setengah babak telah berlalu
Tapi panggung ruang belakang masih tetap lengang
Sebab pintu skenario masih malas memutar anak kunci
Masih menunggu seluruh kesadaranku tertumpah habis pada sesloki arak cina berasa tawar

Drama ruang belakang mungkin sekedar sebuah skenario kosong...

Kekasih Penghias Gelap Malam

Pada segelas arak yang kutenggak
Ikut pula kularutkan senyummu sebagai pelengkap rasa
Pun memori yang meruntuh retak
Aku goreskan katakata dalam detak nafsu
Dengan belati yang kau kadokan kemarin

Tag Lanjutan (dapat giliran juga)

Sebenarnya saya sendiri juga bingung, mau ditempatin dimana postingan ini... ga ada kategori yang pas... ya mau tidak mau tetap harus di posting karena ini merupakan sebuah PR yang wajib dikerjakan. Akhirnya saya memutuskan membuat kategori baru, meskipun agak melenceng dari tema dasar blog ini... Tapi tidak masalah, setidaknya ini membuat saya lebih menyadari bahwa keberadaan saya di dunia maya ini lebih diakui oleh teman-teman semua. Terima kasih...
Ini PR yang dikirim secara berantai oleh temen-temen blogger, dan kebetulan saya "ketiban sampur" alias dapat giliran dari Gema seorang kawan baru di dunia blogging... langsung saja kita mulai...

1.Where is your cell phone?
Ada di depanku, di samping keyboard, posisi standby.


2. Relationship
Relationship yang seperti apa ini? Kalo hubungan pertemanan baik2 saja. aku punya banyak kawan, hubungan dengan keluarga juga tetap harmonis, dengan lingkungan juga baik2 saja, kalo hubungan percintaan, juga masih lancar-lancar saja. Meskipun belum nikah tapi ada seseorang yang selalu setia mendukung segala aktifitasku :)

3. Your hair?
Pendek, lurus.. dulu pernah gondrong selama lebih dari 5 tahun

4. Work?
Freelance aja... ubet kesana kemari sambil mencoba belajar hal-hal baru. Tidak tertari kerja kantoran terutama PNS. lebih suka kerjaan yang ada hubungannya dengan seni

5. Your sisters?
Ada satu, masih kuliah

6. Your favorite thing?
Paling utama berpetualang. mengunjungi tempat baru sambil mencari inspirasi, baca buku, belajar, dengerin musik (paling fave "Dream Theater"), nongkrong bareng temen2, dll

7. Your dream last night?
Lupa tadi malam mimpi apa... mungkin malah gak mimpi...

8. Your favorite drink?
Sama seperti Gema, air putih

9. Your dream car?
Kendaraan jelajah 4x4. Keren itu, bisa buat menjelajah tempat-tempat baru dan ekstrim

10. Your shoes?
Tracking Shoes merk eiger. sebenarnya ni sepatu udah lama, tapi kondisi masih bagus dan selalu ku pakai pas lagi menjelajah... :)

11. Your fears?
Sepele aja... ULAT... mungkin agak aneh... tapi namanya juga phobia

12. What do you want to be in 10 years?
Menjadi lebih baik dari sekarang. itu pasti. tidak muluk-muluk

13. Who did you hang out with last week?
Bareng pacar dan teman-teman mendaki gunung perahu

14. What are you not good at?
penjilat, pembohong, munafik, dll

15. One of your wishlist item?
Punya modal buat buka toko peralatan petualangan (sepele kan?)

16. Where you grew up?
Demak kota santri (katanya) tapi aku sendiri malah masih kurang religius...hehehe

17. Last thing you did?
Makan

18. What are you wearing?
Kaos oblong warna hitam, celana pendek warna hitam juga

19. Your computer?
DELL

20. Your pet?
tidak punya, biarkan saja mereka bebas di dunia luar sana

21. Your life?
selalu ingin perubahan

22. Missing?
Pacar lah... hehehe... maklum jarang ketemu...keluarga tiap hari ketemu, teman tiap malam ngumpul...

23. What are you thinking right now?
Mencari jawaban pertanyaan ini

24. Your car?
Lha ini yang masih jadi cita-cita :D

25. Your kitchen?
Biasa aja, ada kompor gas, kompor minyak, peralatan masak dll

26. Your favorit color?
Semua suka, tapi yang paling sangat suka hanya satu yaitu HITAM

27. Last time you laugh?
Tadi malam

28. Last time you cried?
Kapan ya... lupa...

29. Love?
Everything

30. So who wants to share their ONEs? how about?
Podo, aku yo gak ngerti (aku juga gak ngerti maksudnya)

31. Person elected to the tag (tag ini saya teruskan kepada):
meluncur dulu ke daftar link...
via
khanza
Desfirawita
Alamathur
Adelio
BudiBoy
Ena
itu dulu lah...

Tata cara membuat tag:

Silakan copy ke-31 daftar pertanyaan di atas dan anda jawab sesuai dengan kondisi anda. Saya pikir semakin anda terbuka dalam menjawabnya, semakin asyik teman-teman mengikutinya, karena jadi tahu hal-hal kecil yang ada pada diri anda. Tapi tidak harus blak-blakan kok. This is just for fun…

16.1.10

Masih Belum Berubah

Jika tak ada lagi pijakan yang mampu menopangku
Aku akan segera berdiri di atas air
Lalu akan kubasahkan tapakku agar tak lagi membara
Seperti amarahmu saat kucoba menunjuk bintang itu

Aku juga masih bingung
Apa ada yang salah dengangemintang itu?
Mereka di atas sana juga tak pernah mengeluh
Hanya saja terkadang kesombongan menyelubungi pekat dunianya
Tapi itu tidaklah penting
Yang jelas aku tetap tak mampu meraihnya

Kemarin kau kirimkan sekuntum mawar hitam
Aku tak sempat menanamnya, sebab dia layu begitu ku sentuh
Tapi aku masih sempat menikmatinya sekejap
Begitu menyakitkan, hingga menusuk luka musim
Dan kau pun tertawa sambil menitikkan air mata

5.1.10

Jalan Pulang

Sebuah isyaratkah ini...
Ketika kulihat setangkai mawar hitam
di depan pintu kamarku
Mengingatkan aku pada lentik jarimu
memilin tangkai demi tangkai bunga itu
Yang dulu kita tanam bersama
Dengan cinta kau tiupkan kehidupan di ujung daunnya
Melalui seulas bibir yang biasa menghisap zakarku

Lagilagi anganku terusik dengan datangnya sepasang kupukupu
Sedang menarinari meningkahi aroma sejuk penantian
Hingga memaksaku menulis syair kampung halaman
Belum juga tintaku menggores
Telah patah batang penaku

Lupakah naluriku pada jalan pulang
Tapi sayap ini terlanjur tertancap pada dinding harihari
Mungkin semusim lagi...
Ketika kita telah melupakan mawar itu
Ketika sepasang kupukupu itu telah menetaskan ulatulat
Yang lalu mengunyah kuntum demi kuntum, helai demi helai,
tawa demi tawa, isak demi isak, tetes demi tetes...

Lupakah aku pada jalan pulang...
Ketika sebait puisiku hampir selesai...

Sisa Malam di Simpang Lima

Masih menderu...
Sisasisa bahan bakar dalam tangki motormu
Menuju satu sisi ruang sempit
Di antara gedunggedung itu

Bibir merah itu masih merekah
Menyedot sebatang rokok yang tinggal setengah
Memoles bait demi bait
Dalam sisa malam ini

Mata langit kian melotot
Ketika melihat pangkal cawatmu
Menyembul di antara punggung dan pantat
Menggambarkan seoles kegelisahan
"Apa malam ini aku dapat uang..."

Sisa malam di simpang lima
Matamata mengutuki langit mengelam

Catatan Dari Pinggir Trotoar

Ketika deru mesinmesin meningkahi
hangatnya belahan buah dada
yang menawarkan kenikmatan
dalam kebusukan buah pelir...
Ternyata setitik embun menetes
di antara nikmat pergumulan...

Bisik Pelacur Pada Anaknya

Nak...
Jika aku diijinkan membunuhmu
Maka aku akan membunuh diriku
Jika aku diijinkan merawatmu
Maka aku akan membuangmu
Jika aku diijinkan menjadi kau
Maka aku akan membunuh ibuku
Jika aku diijinkan melahirkanmu
Maka aku tak akan menjadi pelacur...

Memandang Potret Sendiri

Mencaci rindu yang tiap hari tak tahu kepada siapa ia ada
Padahal serak ini mengikuti teriaknya
Setumpuk ilmu yang terbungkus lembarlembar
Mengejek tarian pena pada sayatan pinus
Detak jarum waktu mengisi heningnya hitam
Lirih mencoba bersaing dengan siulan hembus

Lelaki muda mengeja mimpi
Mencoba susun keping puzzle kisahkisah
Memanjakan guling diantara paha
Terhina juga babi di belakang meja

Ah... Sekisah apa ini...
Ketika kebingungan menyergap sepotong nyawa
Mencoba pahami sekitar jasad
Hanya satu buat tertegun
Sepasang cicak lakukan tugas suci
Lanjutkan tugas cicak yang lain
"cicak makan nyamuk"

Seloroh sadar yang lain mencoba melihat
Ingin kuasai ruang otak
Sebongkah sadar yang lain lagi
Ingin segera membunuh dirinya sementara