3.7.09

Ini Bukan Malam yang Kejam

Baru saja kau katakan padaku
Bahwa malam ini kau enggan menari
Sebab hujan malas untuk menumpahkan teriaknya
Hingga aku harus kembali sendirian
Untuk mengangkat rembulan dari bawah kakimu

Lalu kembali kau bisikkan ke lubang telingaku
Jika gelas itu kembali terisi
Maka kau akan segera mengencingi mataku
Entahlah, aku sendiri juga tak ingin membantah
Ketika sebatang rokok kau selipkan diantara jarimu
Lalu aku kembali menganyam sisa-sisa sinar rembulan
Yang tertinggal di balik bajumu yang kumal itu

Masih adakah anggapan bahwa kau tak pernah mengenalku?
Jangan kau tanya siapa yang menberikan korek api ini
sebab hal itu tidak terlalu penting
kau cukup menemaniku menghitung bintang-bintang
Sampai habis sadarku dan habis pula sadarmu
Lalu bersama-sama kita letakkan di atas meja kaca
Yang telah kau tumpahi dengan racun tikus...

Aku takkan pergi dari sini
Dan kuharap kau sudi menulis puisi untukku
Aku benar-benar telah rindu untuk kau maki
Jangan bilang bahwa kau telah kehabisan kata-kata
Sebab baru saja kutemukan khayalan di balik celana dalammu

Baiklah jika memang kau ingin cerita
Aku akan setia mendengarnya
Lalu akan kupeluk dan kuciumi matamu
Dan setelah itu aku akan segera melemparmu keluar

Jangan dulu berhenti
Waktu kita masih panjang untuk bercumbu
Dan aku masih ingin menggambar sketsa wajahmu
Pada selembar kain yang penuh noda darah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku