31.3.10

Serpihan Kata

Aku hanya ingin melanjutkan kisah yang dulu tertunda
Tak masalah jika kau tak ingin menemaniku
Sebab ini hanya imaji dan permainan
Tak perlu kau risau untuk mengumpulkan segala angan
Sebab aku tak ingin membebanimu dengan dunia yang tak pernah kau mengerti
Memang benar barisan kalimatmu kemarin cukup menyesatkanku
Tapi aku tak akan mempermasalahkannya
Dan kau pun bebas untuk menari sesuka hatimu
Sebab aku hanya mampu sedikit goreskan warnawarna
Meski itu pun tak terlalu berarti untuk tarianmu
Lantas bagaimana dengan nyanyian?
Itu pun aku tak mempedulikannya
Sebab bulan hujan selalu datang terlambat
Seperti juga puisimu yang selalu datang terlambat
Untuk menyadarkanku dari imaji sesat tentang rembulan merah

Kali ini aku tak akan mengharapkan kehadiranmu
Meski aku tak pernah bisa menyangkal
Bahwa kaulah satusatunya yang sanggup membaca sorot mataku
Sebab sudah terlalu banyak kicaukicau yang tersedak saat kau mulai bicara
Lebih baik sekarang kita hentikan paduan imaji yang selama ini kita lakukan
Aku sudah cukup merasa terjebak dalam ruang kaca itu
Dan sajakku sudah tak lagi teduh untuk pulangkan mimpi
Semoga kita tak pernah menyesal




27.3.10

Membaca Senja

Mengeja jingga dan biru...kuharap kau akan hadir di antaranya
Menyusun lantunan syair sehangat cakrawala
Dan hitam semakin selubungi tumpukan kata
Aku tak mampu lagi membaca hadirmu
Terlalu jauh untuk kuraih nyanyianmu usai merangkai hari
Tapi selalu saja aku tak sanggup beranjak
Hanya sisa tarian masih tertinggal di ujung hari
Hanya sisa...
Dan bayangmu tak pernah usai lukiskan siluet kenangan
Kuharap...
Selalu seperti ini, agar tak pernah mati kerinduanku

















lokasi foto : Pantai Maron, Semarang




26.3.10

Kata Terakhir [bagimu]

;untuk seorang kawan
Sejenak kau lepaskan baju zirahmu
Untuk sekedar menyentuh nafasku yang kian jauh
Tak pedulikan kedatangan wangi tubuhmu
Untuk bangkitkan seulas senyuman

Setelah kau gantungkan senapan
Tembok itu runtuh oleh pengkhianatan adam pada surga
Hingga kelakar penghuni neraka serasa merobek ruang renjana
Tapi kebisuanmu telah menampar perih sombongnya kerabat

Kau teriakkan kata bahwa perjuangan telah usai
Dan segera membaringkan jasad pada ranjang keabadian
Tapi bagiku...
Genderang peperangan baru saja ditabuh




24.3.10

Sebuah Sajak Perjalanan

;Kupersembahkan kepada kenangan
Kebodohan ini adalah buah perjalanan
Yang telah kujalani bersamamu dalam torehan waktu
Mengais kepingankepingan harapan
Di dalam comberan makna persaudaraan

Kebodohan ini adalah kepintaran yang lugu
Dari seorang bocah yang telah menciptakan keraguan
Akan sebuah makna perjalanan
Yang telah kabur bersama gerbonggerbong peradilan masa

Mungkin perjalanan ini akan berakhir sampai di sini
Jika darah yang tercecer telah kering
Bersama dengan muramnya sketsa mimpimimpi
Benarkah bahwa :
"Kau bukanlah yang terbaik untukku,
karna kau tak bisa melumpuhkan hatiku...?"**
Terima kasih atas harapan yang pernah kau berikan


**Penggalan Kisah Lama (Laluna)




22.3.10

Gadis Pemetik Gitar

;untuk masa lalu
Rerumput berlarian mengejar angin
Saat membawa denting pada lentik jemari
Menembus ribuan dimensi
Lagilagi bangunan puisiku runtuh
Tercecer di antara nadanada
Dan senja pun menghentikan langkahnya

Pada diamku yang ke sekian kali
Terungkap sesuatu pada tipis bibirmu
Yang tak terpecahkan oleh musim
Juga deretan abad manusia
Kembali aku kehilangan katakata

Kejujuran mentari seakan lelah memutar waktu
Ketika petikanmu mampu menikam angkuhnya cakrawala
Menjegal kesombongan perjaka
Pada pengembaraannya untuk temukan sarang



20.3.10

Ku Tulis Puisi Dengan Api

Kulihat daun yang membeku di teras rumahku
Lalu kusulut dengan korek api hingga terbakar dan habis tanpa sisa

Kulihat sehelai kertas dan sebatang pena di sudut meja makan
Lalu ku bakar kertas dan pena itu hingga menciptakan asap
Lantas membentuk katakata dan kembali sirna ditelan hembusan

Kau berikan padaku sebatang rokok dan sebuah korek api
Lalu kupatahkan rokok itu dan kubakar dirimu
Dengan mulutku yang penuh nafsu
Tapi malah kau berikan tubuhmu untuk kusetubuhi
Aku melakukannya... Senggama yang panas
Lalu kau bakar aku dengan puisimu



17.3.10

Letih

Kali ini aku benarbenar tak sanggup lagi membaca senyummu
Katakata melaju tertatih pedih
Mencecar rasa selaksa hampa
Tak kurang murka mentari teriakkan parau
Sendiriku tak mudah santunkan hadirmu oleskan malam
Aku semakin rapuh...
Mengapa tak rubah masa selipkan satu bintang saja
Maka semakin maya pandang harapan yang dulu kusembah
Datanglah...
Meski hujan belum usai senandungkan rintihan musim

Kekasih,
Masih tak mampu ku lukis warna hatimu
Sebab ketakutanku padamkan cahaya rembulan di atas sana
Meski ku tahu kau masih selalu mencoba membakar malam
Tapi api itu akan selalu padam oleh rintikrintik persaudaraan
Dan aku takut kau lelah lantunkan sajak
Sebab memang aku selalu bisu
Meski kau sadar, aku pun sadar
Bahwa kau dan aku adalah katakata

Mungkinkah kita sanggup memikul
Atau kita akan kembali terlempar
Aku tahu betul bagaimana rasanya
Mungkin kau tak...
Dan kuharap takkan pernah
Apa sebaiknya kita sudahi saja
Dan kau akan lupa segala perih
Aku tahu kau bisa
Sebab masamu masih terlalu panjang untuk kuseret letih




13.3.10

Lilin Yang Tinggal Separo

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Pekat ini sedikit demi sedikit mengikisnya
Satu mili, dua mili, tiga mili...
Satu senti, dua senti, tiga senti...
Kegelapan sedikit demi sedikit memakannya
Dan ketakutan semakin lama menyelubungi poripori tubuhku
Rasa dingin serasa hendak menyantapku
Kesunyian serasa hendak menikam jantungku

Tiupan angin yang menamparnampar,
terus menerus menghantui disetiap tatapan butaku
Yang kulihat hanya satu titik cahaya
Dari sepotong lilin yang tinggal separo
Tak lama lagi... tidak akan lama
Dia pasti meninggalkan aku sendiri yang masih termenung
Menunggu harapan yang tidak pasti

Sekilas aku melihat bangkai labalaba
Terkapar di sudut duniaku
Dan aku mulai tersadar
Beberapa saat lagi aku akan mengalami hal yang sama

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Kegelapan menjadi warga dominan di kampung ini

Satu detik, dua detik, tiga detik...
Satu menit, dua menit, tiga menit...
Lilin yang tinggal separo telah berubah menjadi cairan bisu yang mulai mengeras
Dan aku pun...
Mulai menutup mataku




9.3.10

One Of My Inspirations (hanya tulisan ringan)

Banyak hal yang mengispirasiku dalam menulis puisi, bahkan sangat banyak. Mulai dari kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian yang aku lihat, tempat-tempat yang ku kunjungi, dan musik tentu saja. Musik yang menjadi inspirasi terkuatku adalah Dream Theater. Kenapa??? banyak sekali alasannya, pada dasarnya aku memang penyuka musik rock, karena sejak kecil aku sudah sering sekali dijejali dengan alunan musik rock di telinga, jadi secara tidak langsung musik rock terpatri dalam jiwa (bahasanya ngeri deh). Dan dream theater merupakan band terbaik sepanjang masa (menurutku), kenapa? mulai dari teknik bermusiknya yang luar biasa, skill tiap personel yang sangat tinggi, musikalisasi yang luar biasa, dengan warna rock progresif, mengarah ke rock opera, membawa emosi tersendiri ketika mendengar musiknya, dan tentu saja lirik yang luar biasa dalam, menginspirasi setiap orang yang mendengarnya. Bukan cuma puitis, tapi membawa emosi dan pesan yang mendalam pula.





Sejarah ngefans dengan dream theater

Ceritanya bermula pada sekitar tahun 1996 dulu. Aku dikasih pinjaman kaset dari kakak sepupuku. Kaset itu adalah album dream theater yang berjudul images and words (1992). Pada saat pertama kali dengar aku langsung suka dengan lagu-lagunya. Mulai pada saat itulah aku langsung gandrung setengah mati dengan dream theater dan mulai hunting kaset-kaset yang lain. Setelah sekian lama dan mendengar banyak lagu-lagu dream theater, akhirnya ada satu lagu yang paling aku suka diantara seluruh lagu dream theater yang lain. Yaitu lagunya yang berjudul Spirit Carries On dari album Scenes From Memory (1999), album terbaik dream theater sepanjang masa. Lagunya yang sekarang lagi main di blog ini, tapi ini versi live nya. Alasan suka dengan lagu ini?? Alunan musik yang mendayu, dan lirik yang bermakna sangat dalam. Kira-kira seperti ini, bahwa saat kita hidup hendaknya melakukan sesuatu yang bermakna, sehingga setelah kita mati, kita akan terus dikenang, dan itulah kehidupan yang sesungguhnya, "spirit carries on" semangat akan tetap ada.



Nih lirik lagu Spirit Carries On

Spirit Carries On
[N:]
Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

They say " Life is too short"
"The here and the now"
And " You`re only given one shot"
But could there be more
Have I lived before
Or could this be all that we`ve got?

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I`m not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on

[V:]
"Move on, be brave
Don`t weep at my grave
Because I`m no longer here
But please never let
Your memories of me disappear"

[N:]
Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has help me to find
The meaning in my life again
Victoria`s real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I`m here
It`s perfectly clear
I found out what all of this means

If I die tomorrow
I`d be allright
Because I believe
That after we`re gone
The spirit carries on


Lagu itu benar-benar sangat menginspirasiku dalam melakukan berbagai hal, temasuk dalam menulis di blog ini. selalu menjadi lagu pengiring dalam setiap perjalanan-perjalananku, dan selalu diputar ketika PC menyala hehehehehehe.
Yah, kira-kira seperti itulah. Salah satu yang menjadi inspirasiku. Dan kalo ngomong soal dream theater, maka ga bakal cukup seluruh halaman blog ini. hehehehehehe...

kalo mau download lagu Spirit Carries On (live version) silahkan langsung klik disini

5.3.10

Sajak Untuk Pendaki

Jalan yang selama ini kau tempuh
Semakin sulit dan kian terjal
Meracun di setiap hentakan
Namun komitmen itu selalu menjadi cambuk
Yang bergetar keras, mencabik sukma setiap kali kau hendak mundur

Kegetiran yang kini kau rasakan
Adalah cermin dari tangisan alam
Yang kian terpuruk bersimbah nista

Mereka menjerit dan kau meronta
Mereka merintih dan kau terkapar

Masihkah ada selaksa harap
Agar kalian dapat bernyanyi bersama

Tapi bila esok mentari masih bersinar
Harapmu jalan itu tak lagi gelap
Namun cahaya itu menyisakan cemas
Akan tuntutan pada sebuah hakekat
Kawan,
Pengembaraanmu tak akan pernah ada akhir




4.3.10

Senja Tanpa Hujan

Menunggu merahnya senja ini, kekasih
Aku kehilangan hangatnya senyum cakrawala
Hanya sebongkah awan merah kesepian diantara gumpalan hitam cumulus
Sepi...
Sesepi nafasmu kini yang telah larut oleh hujan kemarin
aku tak mampu berkatakata
Semakin kuraih tak juga habis jarak mentari
Dan harapan?
Mungkin hanya sekedar barisan kalimat pelebur dosa
Dan mungkin rembulan takkan datang malam nanti
Aku semakin resah...
Mampukah...
Sudahlah...
Dan diam adalah jawaban terakhir untuk mendatangimu





3.3.10

Sang Roda Besi

Melaju melintas batas
Membelah hutan dan persawahan
Membawa pergi kenangan dan harapan
Bersama deru roda besimu















Lokasi foto : Stasiun Kota Baru (Malang), Stasiun Gambringan (Purwodadi)

1.3.10

Maya

Kekasih;
Berkalikali kucoba jejalkan wajahmu dalam otakku
Agar suatu saat ketika ingin mendekapmu
Cukup kusentuh dalam mimpi
Tapi ternyata jiwaku tak mampu menerima
Betapa dirimu tak tersentuh

Bukankah dulu pernah kukatakan
Bahwa rembulan takkan lupa datang untuk mewarnai setiap sudut malam
Tapi mengapa malam ini dia malah terlelap di balik selimut kebohongannya

Bukankah dulu kau juga pernah bilang
Bahwa kau akan selalu hadir dalam setiap jengkal perjalananku
Tapi mengapa hari ini aku benarbenar merasa tidak pernah mengenalmu