5.7.09

Himpitan Hari-Hari 2

; Sketsa Malam

Padahal lampu itu telah benar-benar menyala sempurna
Rokok di kantongku pun kini tinggal sebatang
Tapi sisa malam masih sejauh pandang
Dan aku masih terus menghitung butir bintang yang tak tampak
Derai tawa rembulan menghina seruku yang bungkam
Malam ini tak ada hujan...
Biarlah... Sebab tak kuharap segera berlalu
Meski beku... lagi-lagi beku yang kurasa
Memang inilah yang bisa
sudahlah... Lepaskan saja topi dan jaketmu
Kita duduk bersama dan berbagi rasa
Pada segelas arak dan sebatang rokok
Lalu segera beradu tawa di sela boulevard
Sambil berfikir tentang alasan
Alasan apapun, pada apapun, atau siapapun...
Sebenarnya kita telah jauh melangkah
Dan setumpuk kertas takkan cukup menceritakan
Karena itu aku takkan mengingat
Cukuplah merasakan atau segera memutuskan
Seperti menyusun mozaik di jendela langit
Jika tak mampu menyelesaikan, hentikan saja sampai di sini
Dan aku akan segera pulang dan menangis di pangkuan ibuku
Tertawalah, karena aku sudah kehabisan tenaga
Takkan ku protes karena itu keinginanmu
Dan lihatlah malaikat di atas sana juga ikut tersenyum
Tentang hari esok janganlah kau cemaskan
Aku masih punya beberapa rupiah untuk membeli rokok

Setelah kita selesai dengan apapun yang terjadi
Mari bersama-sama kita membakar malam
Agar bintang di atas sana segera menyingkir
Dan menyisakan tempat untuk berbaring
Akan kubiarkan kau terlelap lebih dulu
Sebab aku masih ingin melukis malam
Pada kanvas hitam dengan tinta hitam pula
Karena memang sesungguhnya tak ada apapun untuk melukis dan dilukis
Baiklah... lanjutkan saja
Sekarang tak ada apapun yang menghalangi
Dan aku siap membungkus kisah ini
Ke dalam tas yang selalu kubawa kemanapun aku pergi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku