25.8.09

Lelaki Tak Pernah Menyesal

Beberapa hari yang lalu aku melihatnya masih menghitung kesempatan demi kesempatan
Tak juga ada sapaan yang sanggup menggantikan layu langkahnya
Seperti lenggak-lenggok ilalang yang diterpa hembusan di belakang rumahnya
Tapi dia masih membayangkan rentetan takdir yang mungkin atau tak mungkin bisa dia baca
Harapannya melayang bersama nyaring suara sirine ambulan yang memecah setiap lamunan
Melintas begitu cepat seakan ketakutan melihat hidup yang semakin tak jelas
Aku mencoba memahami setiap perkataan yang pernah dia ucapkan
Tapi hanya beberapa celoteh yang sempat menyumbat nafasku
"Tuan, kau kelihatan semakin renta..."
Begitu katanya
Dan aku hanya tersenyum lalu memaki dalam hati
"Baumu tak lebih harum dari tai kucing!!!"
Selanjutnya kau bakar cerutu yang tinggal setengah pemberian tuanmu kemarin
"Ah... betapa hidup bagaikan sebatang rokok"
Aku tak mungkin tahu maksudnya
Karena dia hanya bicara pada dirinya sendiri
Baiklah... Aku akan membiarkannya menikmati hidupnya yang tinggal separo
Aku cukup melihatnya...
Siapa tahu aku punya kesempatan mencuri sedikit darinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku