20.3.10

Ku Tulis Puisi Dengan Api

Kulihat daun yang membeku di teras rumahku
Lalu kusulut dengan korek api hingga terbakar dan habis tanpa sisa

Kulihat sehelai kertas dan sebatang pena di sudut meja makan
Lalu ku bakar kertas dan pena itu hingga menciptakan asap
Lantas membentuk katakata dan kembali sirna ditelan hembusan

Kau berikan padaku sebatang rokok dan sebuah korek api
Lalu kupatahkan rokok itu dan kubakar dirimu
Dengan mulutku yang penuh nafsu
Tapi malah kau berikan tubuhmu untuk kusetubuhi
Aku melakukannya... Senggama yang panas
Lalu kau bakar aku dengan puisimu



10 komentar:

  1. keren... ^^

    pemilihan kata2 yg berani, dan aku suka itu...

    masih belajar unk membuat kata2 spt itu tdk menjadi vulgar tp menjadikannya indah..
    ajari duuuunk ^^v

    BalasHapus
  2. hy... ny kak

    aku datg tuk sekian lama hehhehe

    hmm makin asyik aja nieh aku tambah demen bpuisi nieh otak manusia emang encer yah apa aja yg bisa di tulis hehhe

    BalasHapus
  3. kya.....
    maaf keboo agak parno baca kata 'senggama', lho kok diketik?!

    asal nggak bakar2an beneran deh mas..
    but the poem is nice, tapi masih merinding baca kata 'senggama', *lho kok diketik lagi?!*
    maklum keboo belon kawin, hahaha

    BalasHapus
  4. wedeew..serem amat nih puisi

    BalasHapus
  5. @Semua : "Puisi itu membebaskan" kira2 seperti itu lah yang dulu sempat ku pelajari waktu kuliah. Jadi ketika kita ingin menciptakan/menulis sebuah puisi, hendaknya membebaskan segalanya. bebaskan pikiran untuk mengembara dan berimajinasi, bebaskan rasa untuk memberi nyawa pada kata-kata. Jangan pernah terkekang dengan batasan-batasan tertentu. karena dunia puisi ini adalah dunia surealis, dunia absurd, jadi belum tentu semua kata yang ada memberikan makna yang sebenarnya. Tapi paling tidak harus mewakili imaji dan rasa ketika kita menulisnya...
    satu lagi yang mesti kita sadari, puisi tidak harus selalu menggunakan kata-kata romantis dan mendayu-dayu. Semua kata itu indah, selama kita mampu menyusunnya dan mengisi dengan imajinasi, emosi, dan simbol-simbol yang menyiratkan kenyataan. sehingga sebuah puisi itu akan menjadi "hidup"...

    hehehehehe maaf jika terkesan menggurui, bukan bermaksud sok pintar, aku juga sama seperti kalian semua, masih belajar dan belajar... yang penting tetap semangat untuk berkarya sesuai dengan ciri dan karakter kita masing-masing...hehehehe

    BalasHapus
  6. Wah bagus banget puisinya... Jago ya?salam kenal ajah

    BalasHapus

Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku