30.1.10

Biar Mereka Tahu

Aku ingin tak seorangpun mengenalku
Agar aku dapat berbuat sesukaku
Agar aku dapat membunuh keadilan
Agar aku dapat memperkosa zaman
Agar aku dapat mencuri kebenaran
Agar aku dapat mencabik kejujuran
Agar aku dapat mencongkel dindingdinding kemapanan
Yang telah membunuh keadilan itu sendiri
Yang telah memperkosa zaman itu sendiri
Yang telah menyembunyikan kebenaran itu sendiri
Yang telah merobek kejujuran itu sendiri

Aku ingin tak seorangpun mengenalku
Agar aku dapat berbuat sesukaku
Agar aku dapat...
Memberi arti pada peradaban
Seperti yang telah mereka lakukan...

Terlelap Dalam Peti Mati Perubahan

Di sini aku masih terlelap
Tanpa sedikitpun lenguhan dan geliat
Entah kemana naluriku
Tempattempat yang kutuju semuanya kuburan
Tapi entah mengapa tak pernah bosan aku mengunjungi
Kini aku lelah dan ingin istirahat
Biarkan aku terlelap dalam peti matiku sendiri

Di Antara Persimpangan

Gedung yang menjulang tinggi itu
Seolah ingin menerkam kekerdilanku
Dalam menghembuska nurani keadilan
Yang semakin kabur terhapus deruderu
Sementara wajahwajah itu terus membuntuti
Di setiap aliran darah jantung kota

Matamata seolah mencabikcabik tubuhku
Mereka seakan hendak menelanjangi keberadaanku
Kapan semuaini berakhir
Ataukah tak akan berakhir

Setiap detik mereka selalu berganti wajah
Namun selalu menakutkan
Menyeramkan

Di antara persimpangan...
Darah mengalir tak hentihenti...

Hujan Telah Mengikis Mimpiku

Kulihat mimpiku masih berserakan di etalase tokotoko
Ingin kususun supaya tercipta sebuah mimpi yang indah
Namun hujan mulai mengikisnya satu persatu
Mimpimimpi di etalase hanya jadi fragmenfragmen kepalsuan
Mereka datang bertubitubi berjejalan mengakar dalam otak
Namun selalu hujan mengikisnya satu persatu
Dia tak pernah mengenal lelah untuk berjatuhan
Selalu datang dengan cepat, menghabiskan semua
Aku di sini hanya bisa menunggu hujan menjelma jadi gerimis
Sambil menonton mimpimimpi itu menggelepar lalu mati
Lalu datang lagi dan terbunuh lagi

18.1.10

Drama Babak III

(agenda kosong)

Tuan yang di ujung sana
Masih merenung memikirkan adegan yang hendak dimainkan
Sembari menyedot dalamdalam sebatang rokok yang belum dinyalakan
Terbenam diantara dua pilihan
Terus bermain atau mengakhiri peran

Mulut tanpa kepala itu bernama sutradara
Dia terus berteriak meminta lakon terus berlanjut
Tapi di tangan kami hanya agenda kosong
Kami hanya bisa menunggu mulut itu menampar tubuh kami
Ke arah peran yang berlanjut

Kami tak dapat memerankan lakon masingmasing
Sebab tubuh kami diikat oleh agenda kosong
Selamanya kosong...
Kosong...
...

Drama Babak II

(panggung meja panjang)

Satu goresan lagi pada latar, mungkin biru...
Maka lengkap tercipta sebuah oase
Mengajak kita menjilat tetesan lembut keringat manis
Tapi begitu jauhnya hingga tak terjangkau liar pandangan

Satu babak lagi mungkin usai
Tapi jejakk tak sampai untuk memerankan hujan
Karena panggung meja panjang selayak tak berbatas
Oleh tancapan lidahku
Pun nyanyian suara latar

Masih saja kucoba membentang tarian
Disambung denting dawai pembangkit imaji
Masih tak sampai, mungkin seorang aktor lagi...
Tapi ujung panggung pun belum terlukis, jauh sampai tak berantah
Mungkin masih mencumbui ujung musim

17.1.10

Drama Babak I

(ruang belakang)

Kemudian tanah mengeras pada telapak mimpi
Ketika otak terjepit pada derit retakan kaca
Karena tertindih bayangan usang kampung halaman
Setiap saat meloncat pada panggung drama ruang belakang

Kursi penonton yang tinggal satu itu
Masih tetap kosong tanpa satu pun geliat tertancap
"Tuan, masih ada satu tiket belum terjual..."
(Tiket spesial di kursi berdarah)

Setengah babak telah berlalu
Tapi panggung ruang belakang masih tetap lengang
Sebab pintu skenario masih malas memutar anak kunci
Masih menunggu seluruh kesadaranku tertumpah habis pada sesloki arak cina berasa tawar

Drama ruang belakang mungkin sekedar sebuah skenario kosong...

Kekasih Penghias Gelap Malam

Pada segelas arak yang kutenggak
Ikut pula kularutkan senyummu sebagai pelengkap rasa
Pun memori yang meruntuh retak
Aku goreskan katakata dalam detak nafsu
Dengan belati yang kau kadokan kemarin

Tag Lanjutan (dapat giliran juga)

Sebenarnya saya sendiri juga bingung, mau ditempatin dimana postingan ini... ga ada kategori yang pas... ya mau tidak mau tetap harus di posting karena ini merupakan sebuah PR yang wajib dikerjakan. Akhirnya saya memutuskan membuat kategori baru, meskipun agak melenceng dari tema dasar blog ini... Tapi tidak masalah, setidaknya ini membuat saya lebih menyadari bahwa keberadaan saya di dunia maya ini lebih diakui oleh teman-teman semua. Terima kasih...
Ini PR yang dikirim secara berantai oleh temen-temen blogger, dan kebetulan saya "ketiban sampur" alias dapat giliran dari Gema seorang kawan baru di dunia blogging... langsung saja kita mulai...

1.Where is your cell phone?
Ada di depanku, di samping keyboard, posisi standby.


2. Relationship
Relationship yang seperti apa ini? Kalo hubungan pertemanan baik2 saja. aku punya banyak kawan, hubungan dengan keluarga juga tetap harmonis, dengan lingkungan juga baik2 saja, kalo hubungan percintaan, juga masih lancar-lancar saja. Meskipun belum nikah tapi ada seseorang yang selalu setia mendukung segala aktifitasku :)

3. Your hair?
Pendek, lurus.. dulu pernah gondrong selama lebih dari 5 tahun

4. Work?
Freelance aja... ubet kesana kemari sambil mencoba belajar hal-hal baru. Tidak tertari kerja kantoran terutama PNS. lebih suka kerjaan yang ada hubungannya dengan seni

5. Your sisters?
Ada satu, masih kuliah

6. Your favorite thing?
Paling utama berpetualang. mengunjungi tempat baru sambil mencari inspirasi, baca buku, belajar, dengerin musik (paling fave "Dream Theater"), nongkrong bareng temen2, dll

7. Your dream last night?
Lupa tadi malam mimpi apa... mungkin malah gak mimpi...

8. Your favorite drink?
Sama seperti Gema, air putih

9. Your dream car?
Kendaraan jelajah 4x4. Keren itu, bisa buat menjelajah tempat-tempat baru dan ekstrim

10. Your shoes?
Tracking Shoes merk eiger. sebenarnya ni sepatu udah lama, tapi kondisi masih bagus dan selalu ku pakai pas lagi menjelajah... :)

11. Your fears?
Sepele aja... ULAT... mungkin agak aneh... tapi namanya juga phobia

12. What do you want to be in 10 years?
Menjadi lebih baik dari sekarang. itu pasti. tidak muluk-muluk

13. Who did you hang out with last week?
Bareng pacar dan teman-teman mendaki gunung perahu

14. What are you not good at?
penjilat, pembohong, munafik, dll

15. One of your wishlist item?
Punya modal buat buka toko peralatan petualangan (sepele kan?)

16. Where you grew up?
Demak kota santri (katanya) tapi aku sendiri malah masih kurang religius...hehehe

17. Last thing you did?
Makan

18. What are you wearing?
Kaos oblong warna hitam, celana pendek warna hitam juga

19. Your computer?
DELL

20. Your pet?
tidak punya, biarkan saja mereka bebas di dunia luar sana

21. Your life?
selalu ingin perubahan

22. Missing?
Pacar lah... hehehe... maklum jarang ketemu...keluarga tiap hari ketemu, teman tiap malam ngumpul...

23. What are you thinking right now?
Mencari jawaban pertanyaan ini

24. Your car?
Lha ini yang masih jadi cita-cita :D

25. Your kitchen?
Biasa aja, ada kompor gas, kompor minyak, peralatan masak dll

26. Your favorit color?
Semua suka, tapi yang paling sangat suka hanya satu yaitu HITAM

27. Last time you laugh?
Tadi malam

28. Last time you cried?
Kapan ya... lupa...

29. Love?
Everything

30. So who wants to share their ONEs? how about?
Podo, aku yo gak ngerti (aku juga gak ngerti maksudnya)

31. Person elected to the tag (tag ini saya teruskan kepada):
meluncur dulu ke daftar link...
via
khanza
Desfirawita
Alamathur
Adelio
BudiBoy
Ena
itu dulu lah...

Tata cara membuat tag:

Silakan copy ke-31 daftar pertanyaan di atas dan anda jawab sesuai dengan kondisi anda. Saya pikir semakin anda terbuka dalam menjawabnya, semakin asyik teman-teman mengikutinya, karena jadi tahu hal-hal kecil yang ada pada diri anda. Tapi tidak harus blak-blakan kok. This is just for fun…

16.1.10

Masih Belum Berubah

Jika tak ada lagi pijakan yang mampu menopangku
Aku akan segera berdiri di atas air
Lalu akan kubasahkan tapakku agar tak lagi membara
Seperti amarahmu saat kucoba menunjuk bintang itu

Aku juga masih bingung
Apa ada yang salah dengangemintang itu?
Mereka di atas sana juga tak pernah mengeluh
Hanya saja terkadang kesombongan menyelubungi pekat dunianya
Tapi itu tidaklah penting
Yang jelas aku tetap tak mampu meraihnya

Kemarin kau kirimkan sekuntum mawar hitam
Aku tak sempat menanamnya, sebab dia layu begitu ku sentuh
Tapi aku masih sempat menikmatinya sekejap
Begitu menyakitkan, hingga menusuk luka musim
Dan kau pun tertawa sambil menitikkan air mata

5.1.10

Jalan Pulang

Sebuah isyaratkah ini...
Ketika kulihat setangkai mawar hitam
di depan pintu kamarku
Mengingatkan aku pada lentik jarimu
memilin tangkai demi tangkai bunga itu
Yang dulu kita tanam bersama
Dengan cinta kau tiupkan kehidupan di ujung daunnya
Melalui seulas bibir yang biasa menghisap zakarku

Lagilagi anganku terusik dengan datangnya sepasang kupukupu
Sedang menarinari meningkahi aroma sejuk penantian
Hingga memaksaku menulis syair kampung halaman
Belum juga tintaku menggores
Telah patah batang penaku

Lupakah naluriku pada jalan pulang
Tapi sayap ini terlanjur tertancap pada dinding harihari
Mungkin semusim lagi...
Ketika kita telah melupakan mawar itu
Ketika sepasang kupukupu itu telah menetaskan ulatulat
Yang lalu mengunyah kuntum demi kuntum, helai demi helai,
tawa demi tawa, isak demi isak, tetes demi tetes...

Lupakah aku pada jalan pulang...
Ketika sebait puisiku hampir selesai...

Sisa Malam di Simpang Lima

Masih menderu...
Sisasisa bahan bakar dalam tangki motormu
Menuju satu sisi ruang sempit
Di antara gedunggedung itu

Bibir merah itu masih merekah
Menyedot sebatang rokok yang tinggal setengah
Memoles bait demi bait
Dalam sisa malam ini

Mata langit kian melotot
Ketika melihat pangkal cawatmu
Menyembul di antara punggung dan pantat
Menggambarkan seoles kegelisahan
"Apa malam ini aku dapat uang..."

Sisa malam di simpang lima
Matamata mengutuki langit mengelam

Catatan Dari Pinggir Trotoar

Ketika deru mesinmesin meningkahi
hangatnya belahan buah dada
yang menawarkan kenikmatan
dalam kebusukan buah pelir...
Ternyata setitik embun menetes
di antara nikmat pergumulan...

Bisik Pelacur Pada Anaknya

Nak...
Jika aku diijinkan membunuhmu
Maka aku akan membunuh diriku
Jika aku diijinkan merawatmu
Maka aku akan membuangmu
Jika aku diijinkan menjadi kau
Maka aku akan membunuh ibuku
Jika aku diijinkan melahirkanmu
Maka aku tak akan menjadi pelacur...

Memandang Potret Sendiri

Mencaci rindu yang tiap hari tak tahu kepada siapa ia ada
Padahal serak ini mengikuti teriaknya
Setumpuk ilmu yang terbungkus lembarlembar
Mengejek tarian pena pada sayatan pinus
Detak jarum waktu mengisi heningnya hitam
Lirih mencoba bersaing dengan siulan hembus

Lelaki muda mengeja mimpi
Mencoba susun keping puzzle kisahkisah
Memanjakan guling diantara paha
Terhina juga babi di belakang meja

Ah... Sekisah apa ini...
Ketika kebingungan menyergap sepotong nyawa
Mencoba pahami sekitar jasad
Hanya satu buat tertegun
Sepasang cicak lakukan tugas suci
Lanjutkan tugas cicak yang lain
"cicak makan nyamuk"

Seloroh sadar yang lain mencoba melihat
Ingin kuasai ruang otak
Sebongkah sadar yang lain lagi
Ingin segera membunuh dirinya sementara