Untuk siapa aku harus menulis puisi
Ketika semua makna selalu membinasakan mimpi-mimpi
Bukankah mereka tak pernah lelah untuk bermain?
Sungguh senyumanmu sanggup biaskan semua warna
Dalam pertempuran pikiran dan kenyataan yang menjemukan
Tak perlu lagi merangkai letupan khayalan
Karena semua telah tersusun
Dan siap mengunjungi setiap malam
Sanggupkah???
Lantas untuk apa…
Toh semua juga masih seperti biasanya
Mungkin sekarang saatnya tertawa
Dan berdarah-darah
Mengapa? (hanya itu)
Tak perlu lagi memahami
Atau mencoba menarik sebuah kesimpulan
Sebab semua ini maya
Hanya saja sakitnya memang nyata
Sudahlah biarkan saja
Sebaiknya mencoba menari saja untuk merayu rembulan
Mungkin sedikit melacurkan senyum
Untuk menarik perhatiannya
Sampaikah?
Pada ujung kenyataan
Selanjutnya torehkan beberapa warna (lagi)
Sebab sebelumnya hanya hitam dan biru
Lantas???
Tak pantas meminta
Merasa hina
Pada siapa?
Sekali lagi…
Lelah ini selalu menghantui
Dan kita…
Lagi-lagi kehabisan waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apapun yang kalian katakan akan sangat berarti bagiku